>>>Soldier Space<<<

Tuesday, February 07, 2006

Agama Salamullah


“Inilah hari yang Kujanjikan, tertulis di langit bulan Juli. Penobatan Kerajaan Tuhan di atas bumi. Dan penobatan itu sejak Kuresmikan tongkat ini sebagai Tongkat Surga. Kaulah yang memegangnya. Karena itu, Kerajaan Surga adalah Kerajaan Tuhan dan adalah bagi umat manusia dan bagi seluruh makhluk. Ini pun Kunyatakan sebagai Tahta Suci Ruhul Kudus yang sedang mendiami bumi ini dan menjadikan kamu yang mewakilinya berbicara.”
(Wahyu Tuhan di Majelis Pengkajian Eden, 31 Juli 2004)

Itulah kutipan sebagian Wahyu Tuhan yang turun di Eden pada hari Sabtu, 31 Juli 2004. Hari itu adalah saat Majelis Pengkajian yang diadakan setiap hari Sabtu di Komunitas Eden. Melanjutkan pemberkatan tongkat baru Paduka Maharaja Ruhul Kudus yang berlangsung seminggu sebelumnya, hari itu pun menjadi hari yang besar bagi Kaum Eden karena Tuhan menyingkapkan makna tulisan di langit Coblong yang bertuliskan Juli beberapa tahun yang lalu.

Pada awalnya tulisan Juli itu disangka sebagai pemberitahuan tentang akan adanya musibah besar, goro-goro di negeri ini yang terkait dengan peristiwa Pemilu. Ruhul Kudus tetap membenarkan peristiwa goro-goro itu, tetapi tulisan Juli itu sendiri sesungguhnya diperuntukkan bagi peristiwa penobatan Kerajaan Tuhan di atas bumi.

Dari peristiwa penobatan Kerajaan Tuhan itu, Kaum Eden mulai sedikit memahami sistem Tuhan atas penobatan-Nya yang berjalan bertahap. Ternyata, peristiwa penobatan itu tak terjadi dalam satu waktu saja sebagaimana disangkakan oleh banyak orang. Tetapi penobatan itu berulang dan berjenjang sesuai dengan jenjang kesucian yang telah berhasil dilalui.

Semenjak tongkat itu telah resmi menjadi tongkat kerajaan, Ruhul Kudus menyatakan bahwa Allah menjanjikan sejatinya kemenangan yang disimbolkan dengan hiasan tujuh anggrek Golden Shower yang ada di hadapan majelis. Golden Shower diibaratkan sebagai kebahagiaan, kemudahan, kemegahan, dan rezeki yang bertingkat-tingkat sebagaimana bambu wadah Golden Shower yang bertingkat-tingkat pula.

Persulangan hari itu pun dirayakan dengan lilin yang berjumlah tiga yang oleh Ruhul Kudus dimaknai sebagai tiga tingkat. Kesejatian kemurnian tercapai selalu setelah melalui tiga kali ujian, tiga kali kejadian, tiga kali peristiwa, tiga kali kemenangan. Itulah yang akan menghasilkan kebenaran yang teruji yang mengantarkan pada bahtera Golden Shower.

Dalam kesempatan itu, Ruhul Kudus juga menjelaskan bahwa semenjak perayaan Hari Bintang Timur minggu lalu, itulah tandanya Yesus akan mulai menemukan jalan pulang ke Surga. Bila belum dinyatakan Tuhan saatnya dia kembali, maka dia takkan pernah berjalan kembali. Segala peristiwa hanya akan membawanya pergi.

Di tengah-tengah kebahagiaan menerima ketetapan Tuhan dan penjelasan Ruhul Kudus serta menyanyikan lagu “Amazing Grace” sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik, tiba-tiba Bunda Lia Eden terlihat terguncang dan tongkatnya seakan menjadi berat sehingga beliau hampir terjerembab ke belakang. Lalu terjadilah dialog antara Bunda Lia dan Tuhan yang mengingatkan tentang beratnya tanggung jawab yang disandang oleh Bunda dengan peristiwa penobatan itu dan tuntutan kepada Bunda untuk menyatakan segala ketetapan Tuhan dengan murni. Peringatan Tuhan itu kemudian memicu sumpah Bunda yang berisi komitmennya untuk menyatakan segala hal dari Tuhan apa adanya.

“Hilangkanlah rasa gentar dan rasa takut, rasa iba, kasihan dan rasa cinta yang akan mengurangi atau melebihkan apa-apa yang Engkau firmankan, Tuhan.” Itulah diantara permohonan Bunda Lia di dalam sumpahnya sore itu. Dialog-dialog itu berlangsung sangat berat dan Bunda terlihat kelelahan tak dapat menahan tekanan yang menimpanya sehingga tak sanggup berdiri dan kembali ke tempat duduknya sementara Kaum Eden hanya dapat berdoa dan menyimak pelajaran Tuhan yang sedang disampaikan-Nya.

Di dalam dialog itu, Tuhan juga memberikan ujian tentang kepemilikan Kerajaan yang berhasil dilalui oleh Bunda. Dan Tuhan juga memberikan peringatan kepada Bunda untuk dijadikan pegangan dalam setiap pengambilan keputusannya:

“ Pada setiap pengadilan yang berat terhadap kasus-kasus yang sangat penting dan yang maha penting, terkutuklah kamu seperti tadi bila kau tak berimbang dan tak adil. Kupermalukan kamu di depan majelis sidang. Kau tak bisa berucap bahkan bernafas sekalipun bila kau tersalah. Tak ada ucapanmu yang lain selain yang benar, yang terbenar, yang murni kebenarannya dan yang murni keadilannya.

Ingatlah di hari penobatanmu ini selalu karena Aku mampu mengikat ruhmu antara langit dan bumi. Sebagaimana tongkat itu terikat dengan bumi dan langit, demikian ruhmu dan jasmanimu. Tak ada kata-kata yang salah sedikit atau yang hampir salah. Yang kau ucapkan hanyalah yang benar semata-mata.

Anggaplah ini Aku sedang memelukmu karena kau telah bersumpah dan Aku telah melihatmu sangat takut, sangat takut tak berbuat adil dan benar. Jadilah kau raja dan ratu yang adil.”

Dan di dalam karunia Tuhan dalam penobatan itu, Ruhul Kudus menyatakan bahwa sesungguhnya terdapat pemberdayaan mukjizat bagi Kaum Eden. Mukjizat itu adalah pengabulan doa, dari yang biasa hingga yang pelik, sulit dan tak mungkin tercapai. Semakin tinggi kepercayaan dan keyakinan atas Takdir Allah ini, semakin bermaslahat mukjizat itu. Selain itu, semuanya juga terpulang pada pencapaian dan pemeliharaan kesucian Kaum Eden.

Ditutup dengan doa penutup setelah acara bermain sitar/kecapi, sebelumnya Kaum Eden menyantap hidangan perjamuan sore itu berupa nasi kuning, kroket, dan es merah delima.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home